Kontribusi
Tiga Peradaban Besar terhadap Pemikiran Politik Barat
Pandangan atau pemikiran politik yang berkembang pesat
hingga saat ini, bermula dari pemikiran di Barat berupa filsafat, ilmu
pengetahuan, kebudayaan hingga berkembangnya peradaban Barat yang merupakan
proses dari interaksi peradaban besar yang telah ada sebelumnya. Peradaban ini
dimulai dari Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam. Setelah runtuhnya tiga
peradaban tersebut, menjadikan tumbuh suburnya peradaban baru bagi
bangsa-bangsa di Barat.
Ketiga peradaban tersebut memberikan kontribusi terhadap
pemikiran Barat, yang sampai sekarang digunakan sebagai dasar dalam mengamati
perkembangan politik. Berikut beberapa kontribusi tiga peradaban tersebut :
Ø
Peradaban Yunani-Romawi
Kontribusi Yunani-Romawi terhadap Barat terjadi berbagai bidang, seperti seni,
sains, filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika dan lainnya. Dari segi
pandangan hidup (way of life)yang
berkembang pada abad renaissance dapat dilihat dari pandangan hidup orang-orang Yunani,
seperti rasionalisme, individualisme, liberalisme, optimisme, sekularisme.
Demikian pula pandangan dari Yunani Kuno yang memandang agama sepenuhnya
bersifat duniawi, praktis, mengabdi pada kepentingan manusia (bukan Tuhan).
Cara pandang sangat Pragmatisme, empirisime, dan materialisme telah demikian
kuat dalam rekonstruksi peradaban Barat.
Dari segi keilmuan Yunani-Romawi memberikan kontribusi terkait dengan
metode-metode eksperimental dan spekulatif guna pengembangan pengetahuan. Dalam
bidang filsafat politik, filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles juga
mempengaruhi pemikiran dan filsafat Barat. Jejak pengaruh Aristoteles, dapat
dilihat dalam karya Machiavelli, The
Prince(Sang Pangeran), atau gagasan adanya pemisahan kekuasaan yang
dikemukakan oleh Montesquieu dalam L’esprit
de lois (semangat hukum). Teori Hegel tentang konstitusi negara sebagai
ekspresi kesadaran diri negara, kemudian gagasan Marx mengenai hubungan ekonomi
dan politik serta gagasan Barat sekitar konservatisme progresif maupun kritik
terhadap demokrasi egalitarian.
Dari segi pemikiran politik Romawi yang memberikan pemahaman kepada Barat
tentang teori imperium. Sebuah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara
dimana kedaulatan dan kekuasaan negara dianggap sebagai bentuk pendelegasian
kekuatan rakyat kepada penguasa negara. Dengan demikian, menurut teori ini pda
hakikatnya kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat. Menurut teori ini rakyat
memiliki hak-hak politik yang sama (equal
rights) dan merupakan esensi tertinggi kedaulatan negara.
Ø Peradaban
Judeo-Kristiani
Peradaban
Judeo atau Yahudi memberikan kontribusi pada pemikiran Barat, menurut Max
Dimont dalam karyanya Jews, God and
History dan Indestructible Jews,
orang-orang Yahudi itu sebagai The historic people, percaya bahwa orang-orang
yang melahirkan peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa itu
melalui gagasan cerdas yang mereka kemukakan. Dalam perspektif sejarah
kelahiran para Rasul dari agama besar di dunia, sebagian besar, dari mereka
terlahir dan keturunan dari orang-orang Yahudi (Bani Israil). Rasul Daud, darinya
lahir para nabi dan Rasul yang memiliki peranan besar terhadap proses
kelangsungan serta pembentukan peradaban manusia. Paulus sebagai pendiri agama
Kristem (founder of Kristianity)
serta formulator konsep Trianitas (Kesatuan tiga oknum : Tuhan Bapak, Tuhan
Anak dan Roh Kudus yg juga keturunan Yahudi).
Pemikir
Yahudi seperti Thomas Hobbes, Machiavelly, Jhon Locke, Mountesqueau, JJ
Rouseau, dan lainnya, mengemukakan kesamaan, penentangan terhadap konsep agama
(Kristiani) dan mengembangkan gagasan securism
(pemisahan) agama dalam persoalan kehidupan dunia (politik). Pada aspek
positifnya adalah mereka para pemikir telah memberikan inspirasi pentingnya
pengharagaan atas kemampuan akal manusia serta penghargaan terhadap ilmu
pengetahuan bagi kemajuan manusia. Diantara mereka ada yang sangat antu dan
sama sekali menihilkan agama (Tuhan). Disisi lain banyak dari mereka mengakui
keunggulan nilai-nilai Islam, Muhammad dan sumbangsih peradabannnya terhadap
perubahan cara berfikir Barat untuk suatu kemajuan.
Baruch
Spinoza, pelopor pencerahan Yahudi Abad 71, didalam dunia Barat, Spinoza
dianggap sebagai filsuf yang meletakkan dasar pemikiran mengenai pembentukan
masyarakat baru dan bebas, tetapi terikat dan selaras dengan hakikat ketuhanan
(devine nature). Ia juga perintis
lahirnya agama sekuler bagi manusia modern dan mengajarkan bahwa akal dan
intuisi dapat mengarahkan manusia pada kesatuan dirinya dengan sumber segala
sesuatu yang disebut intelectual love of god. Spinoza berhasil merumuskan a
unified master science yang dapat diterapkan dalam berbagai kajian etika,
politik, agama, fisika dan Matematika.
Ø Peradaban
Islam
Peradaban Islam juga mempengaruhi dunia Barat di Eropa, setelah fase dua
peradaban besar sebelumnya. Tokoh-tokoh seperti Ibnu Rusyd (Averros,
1126-1198), Ibnu Sina (Avicenna, 980—1037), Al Farabi (870-950), banyak
membicarakan masalah manusia, pergaulan hidupnya termasuk masalah politik,
banyak memberikan komentar mengenai pemikiran ahli-ahli Yunani Kuno itu dan
banyak pula mendapat pengaruh dari mereka.
Ada
sejumlah fokus kajian yang dilakukan kalangan filsuf Muslim Klasik, yakni
masalah teori negara (pen ; kota), asal-usul negara, kedaulatan, kekuasaan,
penguasa-imam, bentuk negara, paham internasional serta diplomasi. Sjalltut
menyebutkan sejumlah nama para sarjana Muslim antara lain : Al-Mawardi Abu
Ya’la, Ibnu Jamaah, Al Kindi, Ibnu Thayyib, Al Farabi, Ibnu Abir Rabie ,Makarim
Ibnul Chutheir, Ibnu Qutaybah, Al-Gazali, Abu Rahman bin Abdullah, Ibnu
Thabthaba, Ibnu Khaldun dan masih banyak lagi.
Perkembangan pemikiran politik Barat memiliki berbagai
permasalahan yang harus disikapi secara akademik. Berbagai permasalahan ini
setidaknya menyangkut tiga hal penting, yakni :
Pertama, harus diakui dalam membangun sejarah
perkembangan Pemikiran Politik (Modern) dewasa ini, dalam arti luas meliputi
masalah pemikiran politik, asal-usuk negara, kota, masyarakat, pemerintah dan
kekuasaan, diplomasi, hubungan internasional, bentuk negara, konstitusi negara,
dan lainnya. Dalam perspektif pemikiran politik modern sangat berat “berkiblat”
pada cara pandang Barat. Akibatnya benang sejarah mengenai pemikiran Politik
Barat, berkesan menjadi missing link yakni ada keterputusan, penghilangan alur,
penyelusuran sejarah secara lebih tepat. Ini dapat diamati ketika orang Barat
(Eropa) timbul kesadaran untuk melakukan perubahan cara pandang yang radikal
dari peradaban Gereja, penuh mistik dan mitologi (the dark ages) kepada
peradaban yang memilih cara pandang rasional dan empirik, yang dikenal dengan
abad pencerahan Eropa (renaissance). Padahal ketika itu, sejarah telah
membuktikan ketika Barat (Eropa) sedang mengalami kegelapan peradaban, di dunia
Timur telah tegak peradaban yang sedang mengalami kejayaan yakni peradaban
Islam, termasuk mengenai Politik Islam. Sebuah peradaban yang memberikan
pencerahan berbasis perpaduan dari spirit keimanan “Mekkah” dengan rasionalitas
“Yunani”.
Kedua, apa yang kita pahami mengenai Pemikiran Politik
Barat, kini mengalami perluasan pengaruh ke dunia ke-3, saling bersentuhan
dengan kebudayaan lokal dan dengan bagian-bagian dari peradaban sebelumnya
(terutama Islam dan Kong Fuchu) ini melahirkan ; metmorfosis dalam bentuk yang
lain (modifikasi revisi) bahkan sampai pada penolakan (resistens) yang kuat.
Padahal jauh sebelumnya mereka itu, semua saling belajar. Oleh sebab itu perlu
mengkaji bagaimana Pemikiran Politik hadir dalam bentuknya yang “holistik”.
Ketiga, bahwa akar dari peradaban besar yakni apa yang
dikenal dengan peradaban Islam Klasik dan peradaban Renaissance, di abad modern
ini telah bertemu, bersentuhan bahkan ada kecenderungan untuk terjadi
“perbenturan peradaban” antara Islam dan Barat. Oleh sebab itu sangat penting
memahami lebih mendalam mengenai dua peradaban besar ini. Semua itu semata agar
ilmu pengetahuan dapat memberikan sumbangsih lebih berarti, yakni bagaimana
membangung temu atau saling pengertian yang lebih “berkeadaban”. Dengan
melakukan kajian sebagai bagian tanggung jawab kita dalam upaya menyikapi lebih
serius, terhadap apa yang dikemukakan oleh para ahli pikir modern dewasa ini,
yakni kemunkinan ketidakterelakkan benturan peradaban antara Timur (Islam)
dengan Barat (politik global).
Sumber : DR. Firdaus Syam, MA. Pemikiran Politik Barat
Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. (Jakarta :
Bumi Aksara, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar