Laman

Kamis, 26 Oktober 2017

PENOLAKAN PANGLIMA TNI OLEH AMERIKA SERIKAT, PEMICU KONFLIK BILATERAL




Interaksi antar negara bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya melalui kerjasama. Namun tidak semua interaksi yang terjalin antar negara bisa berjalan damai tanpa ada konflik. Sejatinya konflik merupakan sebuah kondisi ketidaksepahaman antara pihak-pihak tertentu terhadap pihak lainnya dalam berbagai bidang, misalnya bidang politik, ekonomi, sosial, agama, budaya dan lain sebagainya.
Konflik adalah kenyataan hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Kriesberg mendefinisikan konflik sebagai fenomena sosial yang eksis ketika dua atau lebih kelompok orang menunjukkan keyakinannya bahwa mereka memiliki tujuan yang tidak sesuai (a social conflict exists when two or more persons or groups manifest the belief that they have incompatible goals)[1]. Sama halnya dengan manusia, negara pun sangat mungkin terjadi konflik. Karena negara memiliki sifat dasar sama dengan manusia yakni sifat ingin menguasai satu sama lain, sifat ingin di akui, sifat ingin mendapatkan power. Maka dari itu, dalam setiap interaksinya negara sangat mungkin terjadi konflik, apabila dalam memenuhi keinginannya (kepentingan nasional) masing-masing negara memiliki tujuan yang berbeda. Selain itu, dalam kerjasamanya terjadi kesalahpahaman (berupa ucapan, tindakan, kesalahan teknis dalam sebuah event tertentu).
Peristiwa terbaru yang bisa memicu terjadi konflik bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat, adalah penolakan orang nomor satu dalam bidang keamanan di Indonesia untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Gatot Nurmantyo merupakan Panglima TNI beserta rombongan, seharusnya berangkat ke negeri Paman Sam pada hari Sabtu (21/10/2017) lalu. Keberangkatannya terhambat karena mendapat penolakan dari pihak maskapai penerbangan Emirates di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Padahal pada saat itu Gatot Nurmantyo telah mendapatkan visa resmi dari Amerika Serikat.
Orang nomor satu dibidang keamanan ini seharusnya telah mengikuti konferensi terkait pemberantasan gerakan ekstrimisme (Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization) pada 23-24 Oktober di Washington DC. Panglima TNI secara resmi di undang oleh Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Joseph F.Dunford, yang sekaligus adalah sahabat dari Gatot Nurmantyo. Keberangkatan Panglima TNI Gatot Nurmantyo merupakan perintah langsung dari Presiden RI Jokowi, dalam rangka menjaga dan meningkatkan keamanan dan kesatuan negara Republik Indonesia dari ancaman gerakan-gerakan ekstrimisme yang semakin meluas sekarang ini. Namun dengan adanya insiden ini, panglima TNI batal berangkat dan sempat menimbulkan ketegangan antar kedua negara ini. tidak menutup kemungkinan bisa memicu terjadinya konflik bilateral. Terbukti dengan adanya respon dari penduduk Indonesia yang memasang poster-poster yang menuliskan ujaran kebencian terhadap pemerintah Amerika Serikat. Spanduk bernada provokatif di kawasan Semanggi terletak di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dekat halte busway Dukuh Atas Jakarta. Spanduk di lokasi itu bunyinya, Usir Dubes Amerika dari Bumi Pertiwi.
Dari insiden ini dapat kita lihat bahwa kemungkinan besar bisa terjadi konflik bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat. Penolakan Panglima TNI ini termasuk salah satu prilaku (Behaviour) dari Amerika Serikat yang bisa menjadi salah satu penyebab pecahnya konflik. Seperti konsep Triangel Conflict yang diperkenalkan oleh Johan Galtung, disebutkan bahwa ada tiga penyebab terjadinya konflik yang biasa dikenal dengan konsep Segitiga ABC (Attitude, Behaviour, Contradiction). Konsep Triangle Conflict, dapat digunakan untuk membuat tipologi konflik bisa dibuat berdasarkan jenis-jenis konfliknya baik dari sikap Attitude, tingkah laku Behaviour dan kontradiksi Contradiction. Tipologi pertama adalah jenis konflik berdasarkan siapa yang terlibat (parties), bisa terdiri dari kelompok sosial VS kelompok sosial, negara VS negara, kelompok sosial VS Negara dan non-state actors vs state actors.[2]
Tipologi kedua, jenis konflik berdasarkan kontradiksi antara pihak-pihak yang berkonflik mengenai sumber-sumber ketidaksepakatan (incompatibilities), tipologi ini menyangkut perebutan kekuasaan, sumber-sumber ekonomi, wilayah, nilai-nilai budaya, identitas kelompok (etnis), dan ideologi. Tipologi yang terakhir adalah konflik yang timbul berdasarkan jenis tindakan (actions) yang digunakan sebagai instrumen atau bentuk ekspresi konflik, ketidaksukaan hingga perang terbuka, mulai dari bentuk yang bersifat abstrak sampai bentuk-bentuk aksi yang bersifat riil, konflik kekerasan dan  non-kekerasan.[3]
Selain jenis konflik berdasarkan tipologi tersebut, konflik juga bisa berdimensi vertikal dan horisontal. Bentuk pertama ditunjukkan pada konflik yang terjadi antara pihak pemerintah dan kelompok-kelompok sosial non pemerintah. Bentuk kedua, digunakan untuk menunjukkan konflik yang terjadi antar kelompok sosial. Terakhir, adalah konflik domestik/internal yang terjadi dalam suatu negara dan bisa juga konflik internasional jika yang terlibat didalamnya adalah negara vs negara.[4]
Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa insiden yang dialami oleh Gatot Nurmantyo dapat memicu terjadinya konflik antar Negara, yakni Indonesia dan Amerika Serikat. Penolakan kunjungan panglima TNI Indonesia ini merupakan salah satu tindakan (actions) yang bersifat riil, seperti yang diketahui bahwa Bapak Gatot Nurmantyo telah mendapatkan izin (visa) resmi dari pemerintah AS untuk melakukan kunjungan ke Negara tersebut, dan mendapatkan undangan resmi dari Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.  Selain itu tujuan utama Panglima TNI ini adalah mengemban tugas Negara, karena diperintahkan langsung oleh Presiden Jokowi untuk menghadiri konferensi internasional dalam bidang keamanan. Tindakan yang dilakukan oleh pihak penerbangan Emirates dalam menunda keberangkatan Panglima TNI ke Amerika Serikat tentunya menuai aksi kecaman dari penduduk Indonesia dan jika tidak di konfirmasi oleh pemerintah Amerika Serikat melalui pernyataan resmi, maka tidak menutup kemungkinan bias terjadi konflik bilateral diantara kedua Negara tersebut.
Sumber :
Buku : Vinsensio Dugis. Konflik & Resolusi Konflik.Cakra Studi Global Strategis Publisher. Universitas Airlangga. Surabaya, 2011









[1] Louis Kriesberg, Constructive Conflicts, From Escalation to Resolution, (Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield, 1998). Dalam CSGS Publisher. Hlm 5
[2]Vinsensio Dugis. Konflik & Resolusi Konflik. Cakra Studi Global Strategis Publisher. Universitas Airlangga. Surabaya, 2011. Hlm 28
[3]Ibid, hlm 29

[4]Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar