Laman

Kamis, 26 Oktober 2017

ARAB SAUDI DAN REFORMASINYA


Perubahan dalam pemenuhan hak asasi manusia bagi rakyat Arab Saudi telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Bagaimana tidak, Negara yang menganut sistem pemerintahan monarki ini telah mengeluarkan pengesahan Undang-Undang  mengenai pencabutan larangan bagi wanita untuk mengemudi. Hal ini membawa angin segar bagi perkembangan Hak Asasi Manusia di Negara penghasil minyak ini. Seperti yang diketahui bahwa Arab Saudi yang sangat kental dengan ajaran-ajaran Islam, telah lama melarang penduduk wanita untuk mengemudi kendaraan dan tidak boleh mengemudi dalam keadaan sendiri diluar rumah sejak tahun 1990-an, hal ini tentunya menimbulkan keresahan wanita muslim disana, karena di belenggu kebebasan dalam beraktivitas (mengemudi). Oleh karena itu, sejumlah aktivis perempuan terus mendesak pihak kerajaan memberi mereka hak untuk mengemudi.
 Keputusan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud yang mengubah kebijakan lama tersebut akan dilaksanakan sepenuhnya pada 2018. Namun Mengingat Saudi dengan penerapan hukum syariat Islam, belum sepenuhnya jelas bagaimana peraturan baru akan berjalan. Bukan mustahil izin mengemudi bagi perempuan dibatasi undang-undang yang mengharuskan wanita ditemani wali laki-laki saat meninggalkan rumah. Keputusan ini di dukung dengan pernyataan Pangeran Mohammed Bin Salman, putra Raja Saudi yang akan memperjuangkan hak-hak wanita di negaranya agar setara dengan wanita lainnya yang ada diseluruh dunia.
Putra Mahkota pangeran Mohammed juga mengungkapkan bahwa ia akan melakukan reformasi berdasarkan syariat Islam. Dimana semula Arab Saudi menerapkan Islam Konservatif, yang kemudian akan di gantikan dengan Islam Moderat. Dalam perjuangannya melawan bentuk konservatif yang berkembang dinegaranya, Pangeran Mohammed mengatakan “kami akan melawan sisa ekstremisme, kami mewakili prinsip dan ajaran Islam moderat.” Ia berbicara dalam panel yang mencakup pebisnis perusahaan ekuitas swasta raksasa di Amerika “Blackstone” Stephen Schwarzman dan putra konglomerat teknologi Jepang “Softbank” Masayoshi. Banyak yang memuji pangeran berusia 32 tahun itu karena semangat, visi dan antusiasme-nya. Tetapi Mohammed mengatakan, “Saya hanya satu dari 20 juta orang. Tanpa mereka saya bukan apa-apa.”
Perjuangan pangeran Mohammed ini tentunya membawa perubahan bagi kemerdekaan hak asasi setiap warganya. Seperti yang kita ketahui bahwa, Hak Asasi Manusia merupakan Hak-hak fundamental yang melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, termasuk oleh Negara. Mengemudi adalah salah satu hak yang seharusnya bisa dilakukan oleh semua manusia, tidak memandang perbedaan jenis kelamin. Namun sejak kemerdekaannya, Arab Saudi menerapkan aturan-aturan yang berdasarkan ajaran Islam yang sangat kental, termasuk pelarangan mengemudi dan berjalan keluar rumah tanpa didampingi oleh keluarganya. Hal ini berbeda dengan Negara-negara yang sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia, seperti Eropa dan Amerika Serikat, serta Negara Islam lainnya (Indonesia, Malaysia) yang memberikan kebebasan sepenuhnya bagi setiap warganya untuk mengemudi, baik pria maupun wanita.
Sumber :


APLIKASI REMAJA SNAPCHAT MENGALAHKAN FACEBOOK DAN INSTAGRAM DI AMERIKA SERIKAT


Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak dapat dihindari oleh setiap Negara, banyaknya aplikasi yang diciptakan guna untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Di era millennial sekarang ini, semakin banyak masyarakat yang menggunakan aplikasi social network untuk memperluas jaringan pertemanan yang bisa dijangkau diseluruh dunia, sehingga menimbulkan fenomena komunikasi borderless. Dimana setiap orang yang berada dibelahan dunia manapun bisa menjalin komunikasi dengan orang-prang yang berada di Negara lainnya. Salah satu aplikasi jejaring sosial yang terkenal sekitar tahun 2006 adalah Facebook yang diciptakan oleh pemuda asal Amerika Serikat Mark Zuckerberg, sangat fenomenal dan banyak digunakan oleh para remaja diseluruh dunia,khususnya di Amerika Serikat. Melalui Facebook, semua orang bisa menjalin pertemanan dengan siapapun dan dari manapun asalnya. Setiap orang yang memiliki akun Facebook akan menikmati berbagai macam fitur yang ditawarkan, seperti games, sarana chatting, uplod foto, video, status dan lain sebagainya. Namun seiring perkembangan teknologi dalam bidang aplikasi pertemanan, bermunculan aplikasi-aplikasi lainnya yang lebih variatif, seperti Instagram, Twitter dan Snapchat, tentunya dengan berbagai macam varian fitur yang ditawarkan.
Di Amerika Serikat sendiri mulai terjadi pergeseran mengenai kegemaran dalam penggunaan aplikasi social network. Snapchat adalah aplikasi untuk berbagi foto yang unik. Cara kerjanya sederhana, meskipun Instagram telah terlebih dahulu hadir untuk jenis aplikasi yang hamper mirip yakni berbagi foto dan video. Namun snapchat lebih digandrungi oleh anak muda di Amerika Serikat.
Pengguna bisa mengambil foto atau video yang ingin dikirimkan melalui Snapchat, mengatur berapa lama foto itu bisa dilihat oleh si penerima, lalu mengirimkannya kepada teman. Maksimal waktu yang disetel untuk melihat pesan foto atau video itu adalah 10 detik. Setelah waktu tersebut habis, pesan akan dihapus secara otomatis dari ponsel si penerima.
Snapchat dikembangkan oleh dua anak muda, Evan Spiegel (22 tahun) dan Bobby Murphy (24). Saat ini, Spiegel menjabat sebagai CEO dan Murphy sebagai CTO di Snapchat. Dalam blog perusahaan, Spiegel berkisah tentang awal mula pengembangan Snapchat. Spiegel dan Murphy bertemu di Standford University pada tahun 2009. Saat itu, Spiegel adalah mahasiswa baru di jurusan Desain Produk, sementara Murphy tengah mengejar gelar sarjana Matematika dan Ilmu Komputer.
Kepopuleran Snapchat mengalahkan aplikasi Facebook dan instagram Studi terbaru bahkan menyatakan bahwa Snapchat menjadi aplikasi media sosial yang populer. Sebuah laporan yang dibuat oleh Piper Jaffray dengan nama “Taking Stock With Teens” menjabarkan hasil studi yang dilakukan terhadap 6.500 remaja di Amerika Serikat. Dalam hasil surveinya, 28 persen menyatakan bahwa media sosial yang paling penting bagi mereka adalah Snapchat, dilanjutkan dengan Instagram dengan 27%, serta di posisi selanjutnya terdapat Twitter lalu Facebook.
Jaffray sendiri melakukan survei tersebut secara semi-tahunan, dan memperlihatkan bagaimana Snapchat telah meraih popularitas semakin tinggi setiap tahunnya. Pada awal tahun 2015 lalu, media sosial Instagram lah yang menjadi posisi pertama sementara Snapchat berada di posisi keempat. Namun jelang akhir tahun lalu, Snapchat mulai menaikkan posisinya sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Hasil survei ini sendiri menunjukkan bahwa remaja lebih menyukai media sosial yang memiliki basis multimedia dan video dibandingkan media sosial yang dominasinya berbasis teks seperti Facebook atau Twitter.
Dari survey tersebut menunjukkan bahwa remaja Amerika Serikat lebih memilih menggunakan aplikasi pengiriman foto dan video dengan berbagai pilihan editan foto, karena gambar yang dikirim bukan sekedar foto pada umumnya, namun bisa di bubuhi dengan animasi lucu dan unik. Selain itu aplikasi ini pula menyediakan sarana chatting yang otomatis terhapus selama 10 detik, ini pula memudahkan penggunanya agar tidak memenuhi memory ponsel bagi si penerima foto atau video.  Menurut VOA juga menyebutkan bahwa aplikasi snapchat ini di gandrungi oleh remaja Amerika Serikat karena lebih mudah dan manawarkan banyak pilihan animasi-animasi lucu. Selain itu pula, para remaja di Inggris lebih memilih snapchat ini sebagai sarana berkomunikasi dengan remaja lainnya, karena dianggap lebih sehat ketimbang Facebook dan Instagram. Berbagai macam keistimewaan snapchat, pilihanmu jatuh ke aplikasi apa?

Sumber :



PENOLAKAN PANGLIMA TNI OLEH AMERIKA SERIKAT, PEMICU KONFLIK BILATERAL




Interaksi antar negara bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya melalui kerjasama. Namun tidak semua interaksi yang terjalin antar negara bisa berjalan damai tanpa ada konflik. Sejatinya konflik merupakan sebuah kondisi ketidaksepahaman antara pihak-pihak tertentu terhadap pihak lainnya dalam berbagai bidang, misalnya bidang politik, ekonomi, sosial, agama, budaya dan lain sebagainya.
Konflik adalah kenyataan hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Kriesberg mendefinisikan konflik sebagai fenomena sosial yang eksis ketika dua atau lebih kelompok orang menunjukkan keyakinannya bahwa mereka memiliki tujuan yang tidak sesuai (a social conflict exists when two or more persons or groups manifest the belief that they have incompatible goals)[1]. Sama halnya dengan manusia, negara pun sangat mungkin terjadi konflik. Karena negara memiliki sifat dasar sama dengan manusia yakni sifat ingin menguasai satu sama lain, sifat ingin di akui, sifat ingin mendapatkan power. Maka dari itu, dalam setiap interaksinya negara sangat mungkin terjadi konflik, apabila dalam memenuhi keinginannya (kepentingan nasional) masing-masing negara memiliki tujuan yang berbeda. Selain itu, dalam kerjasamanya terjadi kesalahpahaman (berupa ucapan, tindakan, kesalahan teknis dalam sebuah event tertentu).
Peristiwa terbaru yang bisa memicu terjadi konflik bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat, adalah penolakan orang nomor satu dalam bidang keamanan di Indonesia untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Gatot Nurmantyo merupakan Panglima TNI beserta rombongan, seharusnya berangkat ke negeri Paman Sam pada hari Sabtu (21/10/2017) lalu. Keberangkatannya terhambat karena mendapat penolakan dari pihak maskapai penerbangan Emirates di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Padahal pada saat itu Gatot Nurmantyo telah mendapatkan visa resmi dari Amerika Serikat.
Orang nomor satu dibidang keamanan ini seharusnya telah mengikuti konferensi terkait pemberantasan gerakan ekstrimisme (Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization) pada 23-24 Oktober di Washington DC. Panglima TNI secara resmi di undang oleh Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Joseph F.Dunford, yang sekaligus adalah sahabat dari Gatot Nurmantyo. Keberangkatan Panglima TNI Gatot Nurmantyo merupakan perintah langsung dari Presiden RI Jokowi, dalam rangka menjaga dan meningkatkan keamanan dan kesatuan negara Republik Indonesia dari ancaman gerakan-gerakan ekstrimisme yang semakin meluas sekarang ini. Namun dengan adanya insiden ini, panglima TNI batal berangkat dan sempat menimbulkan ketegangan antar kedua negara ini. tidak menutup kemungkinan bisa memicu terjadinya konflik bilateral. Terbukti dengan adanya respon dari penduduk Indonesia yang memasang poster-poster yang menuliskan ujaran kebencian terhadap pemerintah Amerika Serikat. Spanduk bernada provokatif di kawasan Semanggi terletak di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dekat halte busway Dukuh Atas Jakarta. Spanduk di lokasi itu bunyinya, Usir Dubes Amerika dari Bumi Pertiwi.
Dari insiden ini dapat kita lihat bahwa kemungkinan besar bisa terjadi konflik bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat. Penolakan Panglima TNI ini termasuk salah satu prilaku (Behaviour) dari Amerika Serikat yang bisa menjadi salah satu penyebab pecahnya konflik. Seperti konsep Triangel Conflict yang diperkenalkan oleh Johan Galtung, disebutkan bahwa ada tiga penyebab terjadinya konflik yang biasa dikenal dengan konsep Segitiga ABC (Attitude, Behaviour, Contradiction). Konsep Triangle Conflict, dapat digunakan untuk membuat tipologi konflik bisa dibuat berdasarkan jenis-jenis konfliknya baik dari sikap Attitude, tingkah laku Behaviour dan kontradiksi Contradiction. Tipologi pertama adalah jenis konflik berdasarkan siapa yang terlibat (parties), bisa terdiri dari kelompok sosial VS kelompok sosial, negara VS negara, kelompok sosial VS Negara dan non-state actors vs state actors.[2]
Tipologi kedua, jenis konflik berdasarkan kontradiksi antara pihak-pihak yang berkonflik mengenai sumber-sumber ketidaksepakatan (incompatibilities), tipologi ini menyangkut perebutan kekuasaan, sumber-sumber ekonomi, wilayah, nilai-nilai budaya, identitas kelompok (etnis), dan ideologi. Tipologi yang terakhir adalah konflik yang timbul berdasarkan jenis tindakan (actions) yang digunakan sebagai instrumen atau bentuk ekspresi konflik, ketidaksukaan hingga perang terbuka, mulai dari bentuk yang bersifat abstrak sampai bentuk-bentuk aksi yang bersifat riil, konflik kekerasan dan  non-kekerasan.[3]
Selain jenis konflik berdasarkan tipologi tersebut, konflik juga bisa berdimensi vertikal dan horisontal. Bentuk pertama ditunjukkan pada konflik yang terjadi antara pihak pemerintah dan kelompok-kelompok sosial non pemerintah. Bentuk kedua, digunakan untuk menunjukkan konflik yang terjadi antar kelompok sosial. Terakhir, adalah konflik domestik/internal yang terjadi dalam suatu negara dan bisa juga konflik internasional jika yang terlibat didalamnya adalah negara vs negara.[4]
Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa insiden yang dialami oleh Gatot Nurmantyo dapat memicu terjadinya konflik antar Negara, yakni Indonesia dan Amerika Serikat. Penolakan kunjungan panglima TNI Indonesia ini merupakan salah satu tindakan (actions) yang bersifat riil, seperti yang diketahui bahwa Bapak Gatot Nurmantyo telah mendapatkan izin (visa) resmi dari pemerintah AS untuk melakukan kunjungan ke Negara tersebut, dan mendapatkan undangan resmi dari Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.  Selain itu tujuan utama Panglima TNI ini adalah mengemban tugas Negara, karena diperintahkan langsung oleh Presiden Jokowi untuk menghadiri konferensi internasional dalam bidang keamanan. Tindakan yang dilakukan oleh pihak penerbangan Emirates dalam menunda keberangkatan Panglima TNI ke Amerika Serikat tentunya menuai aksi kecaman dari penduduk Indonesia dan jika tidak di konfirmasi oleh pemerintah Amerika Serikat melalui pernyataan resmi, maka tidak menutup kemungkinan bias terjadi konflik bilateral diantara kedua Negara tersebut.
Sumber :
Buku : Vinsensio Dugis. Konflik & Resolusi Konflik.Cakra Studi Global Strategis Publisher. Universitas Airlangga. Surabaya, 2011









[1] Louis Kriesberg, Constructive Conflicts, From Escalation to Resolution, (Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield, 1998). Dalam CSGS Publisher. Hlm 5
[2]Vinsensio Dugis. Konflik & Resolusi Konflik. Cakra Studi Global Strategis Publisher. Universitas Airlangga. Surabaya, 2011. Hlm 28
[3]Ibid, hlm 29

[4]Ibid.

Rabu, 25 Oktober 2017

Politik Luar Negeri




1.      Terminologi Analisis Politik Luar Negeri (APLN)
Berbicara mengenai epistomologi Politik Luar Negeri, sama halnya ingin menjawab pertanyaan “Dengan Cara apa yang kita dapat lakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang Dunia?”. Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu terlebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang menjadi fokus dalam APLN (Analisis Politik Luar Negeri) atau TPLN (Teori Politik Luar Negeri).
Dalam membahas Politik Luar Negeri (PLN), ada dua jenis terminologi penting yang perlu dijelaskan sejak awal, yakni Teori-teori Hubungan Internasional (THI) atau istilah lainnya Teori Politik Internasional (TPI) dan Teori2 Politik Luar Negeri (TPLN) yang didalamnya berisi Analisa Politik Luar Negeri (APLN) atau yang dikenal dengan istilah Foreign Policy Analysis (FPA). Kedua jenis terminologi ini adalah THI dan TPI dan TPLN dan APLN.
THI lebih luas daripada TPLN karena mempelajari mengenai semua teori yang berhubungan dengan hubungan internasional dan politik luar negeri termasuk perspektif realisme, liberalisme, konstruktivisme. Sedangkan TPLN dan APLN muncul sebagai reaksi terhadap asumsi unitary state dari realisme pada dekade 60-an dan 70-an. Seringkali APLN disebut sebagai sub-disiplin dari ilmu Hubungan Internasional.
Hudson memberikan defenisi mengenai APLN, adalah sub-disiplin HI yang mencoba menjelaskan PLN atau prilaku PLN berdasarkan landasan teoritis para pembuat keputusan yang bertindak sendirian atau berkelompok. Beberapa ciri utama yang menjadi komitmen APLN ini adalah komitmen untuk menganalisis dibawah level negara, yakni aktor-aktor tertentu. Komitmen untuk membangun teori tentang aktor-aktor khusus (actor-specific theory) ini sebagai jembatan antara teori umum tentang aktor (actor-general theory) dengan kompleksititas dunia, komitmen untuk mengusahakan penjelasan banyak faktor yang dibagi dalam tingkat analisis, komitmen untuk menggunakan teori dan penemuan diberbagai macam ilmu-ilmu sosial dan komitmen ini untuk melihat proses pembuatan keputusan PLN sama pentingnya dengan keputusan (output) itu sendiri.
Teori umum aktor (actor general theory), yang diungkapkan diatas menjelaskan prilaku aktor secara umum seperti game theory. Teori tentang actor-specific theorymenjelaskan mengenai prialku aktor-aktor khusus seperti dalam teori-teori yang digunakan APLN. Teori-teori spesifik mungkin saja digeneralkan tetapi penerapannya lebih kepada situasi khusus. Jadi APLN ini merupakan middle range theory yang sedikit lebih umum daripada teori atau pemahaman yang dihasilkan dalam kajian-kajian studi kasus, tetapi lebih terbatas dibandingkan generalisasi teori aktor umum.
Disini tidak akan dibahas mengenai THI,  akan tetapi lebih fokus membahas mengenai APLN dan TPLN. Dalam THI pembicaraan mengenai TPLN tidak secara langsung, namun secara implisit dalam konsep-konsep realisme dan liberalisme. Sedangkan TPLN dan APLN lebih eksplisit, mendalam dan terfokus dan langsung, baik secara metodologi maupun teori dalam memahami kebijakan Luar Negeri suatu negara. Membicarakan PLN tidak terlepas dari APLN. Sebelum teori-teori globalisasi menggugat posisi state sebagai aktor tunggal yg digunakan dalam pandangan realisme, APLN sudah memulainya lebih awal dengan menunjukkan bahwa aktor-aktor yg berperan dalam hubungan internasional adalah banyak dan kompleks.
Para pembuat keputusan yang berdomisili dalam suatu negara, melakukan interaksi yang dipengaruhi oleh lingkungannya, baik domestik maupun internasional. Keputusan mereka adalah hasil interaksi dengan orang atau kelompok lain dan interpretasi mereka terhadap lingkungannya. Dalam era globalisasi sekarang keterkaitan antara kepentingan domestik para pembuat keputusan menjadi lebih saling terkait. Negara-negara semakin terlibat bukan saja dalam konflik tetapi juga dalam kerjasama diberbagai tingkatan regional dan internasional. Ini membawa kepentingan-kepentingan baru, termasuk kepentingan bagi perdamaian, pembangunan, perlindungan alami dan berbagai isu lainnya bagi para pembuat keputusan.
            Melihat perkembangan ini, maka Rosenau mengatakan bahwa APLN merupakan disiplin ilmu yang menjembatani (bridging discipline), suatu disiplin ilmu dengan ‘batas-batas yang tak terbatas (limitless boundaries) yang harus mengkaji semakin menghilangnya perbedaaan antara isu-isu domestik dan luar negeri, antara proses sosial politik dan proses ekonomi yang terungkap di dalam negeri terjadi di luar negeri.
            Sangat penting diamati dalam batas-batas yang tak terbatas itu adalah prilaku PLN suatu negara, melalui tindakan-tindakan yang dilakukan, kata-kata yang digunakan untuk mempengarhui negara lain dalam kebijakan LN. Prilaku PLN itu bisa berada dalam keadaan konflik dan kerjasama, bisa prilaku yang tidak direncanakan dan bisa juga tindakan yang tidak diambil oleh pemerintah.
2.    Perdebatan Metodologi Dalam HI dan APLN
Dalam perbincangan mengenai keilmuan dalam satu disiplin ilmu selalu terjadi perdebatan yang bersifat mendalam dan filosofis, seperti menyangkut apa ilmu pengetahuan dan apa yang layak disebut pengetahuan serta bagaiaman cara mendapatkannya. Dalam bidang keilmuan yang mapan seperti sains atau ilmu alam dan teknologi, perdebatan yang terjadi hanya dalam penyempurnaan metode penyeldikan, yang mencari cara penyelidikan atau model-model yang lebih tepat untuk hasil yang lebih akurat.
Dalam disiplin ilmu sosial seperti ilmu HI, perdebatan ini pasti sering terjadi. Para ilmuan HI ingin terus memperbaikai disiplin ini agar menjadi disiplin ilmiah, yang dapat membantu peradaban dan perdamaian dunia. Secara umum, ada dua perdebatan metodologi utama yakni, Pertama, perdebatan antara pendekatan metodologi tradisional atau klasik melawan saintifik pada akhir tahun 1960-an. Kedua, antara positivis/empiris melawan pos-positivis pada tahun 1980-an sampai sekarang.
Pertama, perdebatan para ilmuan HI tentang bagaimana metodologi HI yang paling ilmiah dan dapat memenuhi standar ilmu pengetahuan, terutama yang berlaku pada konteks tahun 1960-an-1970an, dimana ilmu sosial di dominasi oleh pendekatan behavioralisme dalam sains. Sebelum membahas mengenai perdebatan mereka. Maka perlu dipahami bahwa baik pendekatan saintifik maupun klasik mempunyai ambisi dan tujuan keilmuan yang sama, yakni mencoba mencari satu penjelasan atau teori relatif akurat untuk menjelaskan prilaku negara-negara dalam hubungan internasional. Artinya mereka mencoba mencari keteraturan-keteraturan dalam prilaku negara berhubungan dengan negara lainnya yang dapat dirumuskan dalam proposisi dan teori-teori tertentu.
Perintis pendekatan saintifik ini yang sering dikenal juga dengan behaviourist adalah David Singer dan Morton Kaplan. Bagi mereka, HI akan maju bila meniru model ilmu-ilmu alam. Positivisme merupakan filsafaat ilmu yang dipegang oleh kaum behavioris ini. dalam positivisme, ilmu pengetahuan muncul hanya melalui pengumpulan data yang dapat diamati. Menurut mereka Pengumpulan data akan lebih mudah jila dilakukan mengikuti tingkat atau level analisis, seperti individu, kelompok, state dan global. Pengumpulan data yang cukup ini diasumsikan akan lebih mudah diidentifikasi pola-pola yang pada gilirannya memungkinkan perumusan hukum-hukum. Penekanan pada data yang dapat diamati ini sangatlah penting. Sebuah tulisan dari penelitian Ilmu Sosial Universitas Chicago,AS menegaskan : if you cannot measure it, your knowledge is meagre and unsatisfactory (jika anda tidak bisa mengukurnya, maka pengetahuan anda tidak lengkap dan tidak memuaskan.
Penekanan data yang diamati dan pengukuran ini banyak di kritik oleh kaum realis dan ilmuan HI lainnya. Banyak konsep inti kalangan realisme klasik tidak spesifik dan susah diukur. Kekuasaan, kepentingan nasional, misalnya. Jika mau dipelajari secara saintifik, memerlukan tingkat kejelasan dan defenisi yang spesifik, karena sesuatu yang tidak dapat diukur dengan teliti dan dites harus dibersihkan menurut ontologi pendekatan saintifik. Metode-metode baru kemudian dikembangkan dan model matematika dalam proses internasional mendapatkan posisi. Kaum behavioralis berharap bahwa melalui pengumpulan data yang tidak kenal lelah, pengetahuan akan maju dan kontrol akan mengikuti.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh kaum klasik lebih fokus tehadap kajian sejarah, pengalaman para diplomat, proses diplomasi, biografi dan autobiografi mereka, pemikiran dan pandangan filosofis yang dominan pada saat itu, yang pada umumnya menggunakan data-data kualitatif. Sedangkan para pengusung saintifik cenderung melakukan penyelidikan yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan data-data statistik yang dapat diukur, mengikuti suatu model statistik. Mereka melakukan survei untuk mengetahui pendapat umum dan melakukan pengukuran terhadap keteraturan yang terjadi dalam prilaku negara untuk menghasilkan teori-teori yang akurat dalam HI.
Contohnya, pengukuran yang dilakukan terhadap prilaku negara-negara demokrasi liberal dalam konflik dan perang. Hasil penyelidikan mereka, misalnya menemukan bahwa diantara sesama negara demokrasi liberal, perang amat jarang, bahkan tidak pernah terjadi. Sementara sesama rezim otoritarian atau antara liberal dan otoritarian sering terjadi perang. Penyelidikan ini kemudian menghasilkan proposisi dan kadang juga disebut teori perdamaian demokratis (democratic peace preposition/theory).
Kedua, perdebatan yang berlangsung sekitar tahun 1980-an sampai sekarang antara positivis dan pos-positivis. Kritik pos-positivis lebih filosofis dan mendalam karena dengan hakikat dunia sosial (nature of the social world) atau ontologi dan hubungan antara pengetahuan kita dengan dunia sosial itu (epistimology). Pertanyaan ontologis yang sering timbul seperti, apakah ada suatu realitias objektif ‘diluar sana’, apakah dunia itu hanya satu pengalaman saja, yakni ciptaan subjektif dari manusia?
Dalam kaitan ontologi, positivisme mempercayai adanya realitas obyektif diluar sana sehingga sering disebut juga dengan istilah obyektivisme. HI bagi mereka adalah suatu benda, obyek diluar sana. Pos-Positivis, sebaliknya tidak percaya pada dunia diluar sana ; HI bagi mereka hanya ide-ide atau konsep yang dipahami bersama oleh orang-orang, khususnya bagaimana mereka seharusnya mengelola kehidupan mereka dan hubungan antara satu sama lainnya secara politik. HI dibentuk secara ekslusif oleh bahasa, ide-ide dan konsep-konsep. Pos-positivis sering juga disebut subyektivis.
Seperti yang telah disebutkan di awal, epistimologi berkaitan dengan cara apa yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia? Para ilmuan positivis mencoba menjelaskan dunia secara saintifik atau ilmiah melalui penyelidikan yang menghasilkan proposisi-proposisi yang secara empiris dapat diverifikasi. Pada sisi lain, post-positivist mencoba memahami dunia. Mereka memahami dan menginterpretasikan topik-topik yang dikaji. Bagi mereka masalah sejarah, hukum atau moral politik dunia tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa ilmiah atau sains, tanpa memahaminya terlebih dahulu.
Seringkali dua posisi ini bertentangan secara total, misalnya natra bevioralis dan pos-modernis. Namun banyak ilmuan yang mencoba melakukan dua hal ini, yakni menjelaskan dan memahami secara bersama-sama. Celah antara dua ekstrim itu bukannya tidak bisa dijembatani. Pilihannya bukanlah satu atau lain, tetapi melihatnya dalam satu kontinum karena, misalanya mengikuti pandagan pakar konstruktivis, mereka mencoba membangun jemabatan tengan atau middle groud. Memang dalam pandangan ekstrim tadi ada behavioralis untuk positivis dan pos-modernis untuk pos-positivis. Tetapi diantara keduanya, kita melihat ada teori-teori kritis dan konstruktivis, misalnya demikian juga diantara kedua ekstrem itu ada pendekatan klasik dalam HI dan pendekatan-pendekatan etik dan normatif.

Tabel Perdebatan Konstruktivis dan Positivis
NO
KAJIAN/PENDAPAT
KONSTRUKTIVIS
POSITIVIS
1
Penekanan
Dapat mengakumulasi pengetahuan yang valid tentang dunia
Peranan ide, pengetahuan bersama tentang dunia internasional

Negara-negara saling membentuk kerjasama satu sama lain dalam hubungan mereka dan dengan cara ini mereka juga membentuk anarki internasional yang menentukan hubungan mereka. Anarki, seperti yang dikatakan Wendt, bukan kondisi natural atau alamiah, namun dibentuk oleh negara.
Pembahasan mengenai metodologi penelitian dalam Hubungan internasional ini menunjukkan penyokong realisme dan liberalisme menggunakan pendekatan bukan positivis, dalam artian mereka (realisme dan liberalisme) ini tidak menggunakan metode penelitian yang ketat dan terukur yang biasa digunakan oleh positivis. Namun mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk mencari keteraturan, proposisi dan teori dalam HI. Oleh karena itu, penumpukan dan pencarian data adalah sesuatu yang sangat penting. Dapat disimpulkan, meraka tidak se esktrim behavioralis dalam memahami fakta dan data, namun mereka juga tidak terlalu jauh mengikuti post-modernisme yang menolak keberadaan fakta dan realitas ‘diluar sana’.
Para analis politik luar negeri, baik generasi pertama maupun kedua, cenderung menggunakan pendekatan positivis. Selain mencoba mengikuti prosedur ilmiah yang digariskan kaum saintifik, mereka juga memilah kajian dalam level-level analisis untuk memudahkan mereka melokalisasikan dan mengakumulasikan data. Level analisis yang dikenal misalnya dari level individu, kelompok, birokrasi, state dan internasional. Pemilihan level ini bagi mereka sangatlah penting agar penelitian lebih fokus, walaupun seringkali ini berarti mengorbankan level lain yang mungkin mempunyai penjelasan akurat dan bersifat melengkapi.


Sumber : Abubakar Eby Hara, Ph,D, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri Dari Realisme samapai Konstruktivisme. (Bandung : Nuansa Cendekia, 2011).


Sejarah Pemikiran Politik Barat


Kontribusi Tiga Peradaban Besar terhadap Pemikiran Politik Barat

Pandangan atau pemikiran politik yang berkembang pesat hingga saat ini, bermula dari pemikiran di Barat berupa filsafat, ilmu pengetahuan, kebudayaan hingga berkembangnya peradaban Barat yang merupakan proses dari interaksi peradaban besar yang telah ada sebelumnya. Peradaban ini dimulai dari Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam. Setelah runtuhnya tiga peradaban tersebut, menjadikan tumbuh suburnya peradaban baru bagi bangsa-bangsa di Barat.
Ketiga peradaban tersebut memberikan kontribusi terhadap pemikiran Barat, yang sampai sekarang digunakan sebagai dasar dalam mengamati perkembangan politik. Berikut beberapa kontribusi tiga peradaban tersebut :
Ø  Peradaban Yunani-Romawi
Kontribusi Yunani-Romawi terhadap Barat terjadi berbagai bidang, seperti seni, sains, filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika dan lainnya. Dari segi pandangan hidup (way of life)yang berkembang pada abad renaissance dapat dilihat dari pandangan hidup orang-orang Yunani, seperti rasionalisme, individualisme, liberalisme, optimisme, sekularisme. Demikian pula pandangan dari Yunani Kuno yang memandang agama sepenuhnya bersifat duniawi, praktis, mengabdi pada kepentingan manusia (bukan Tuhan). Cara pandang sangat Pragmatisme, empirisime, dan materialisme telah demikian kuat dalam rekonstruksi peradaban Barat.
Dari segi keilmuan Yunani-Romawi memberikan kontribusi terkait dengan metode-metode eksperimental dan spekulatif guna pengembangan pengetahuan. Dalam bidang filsafat politik, filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles juga mempengaruhi pemikiran dan filsafat Barat. Jejak pengaruh Aristoteles, dapat dilihat dalam karya Machiavelli, The Prince(Sang Pangeran), atau gagasan adanya pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu dalam L’esprit de lois (semangat hukum). Teori Hegel tentang konstitusi negara sebagai ekspresi kesadaran diri negara, kemudian gagasan Marx mengenai hubungan ekonomi dan politik serta gagasan Barat sekitar konservatisme progresif maupun kritik terhadap demokrasi egalitarian.
Dari segi pemikiran politik Romawi yang memberikan pemahaman kepada Barat tentang teori imperium. Sebuah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara dimana kedaulatan dan kekuasaan negara dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat kepada penguasa negara. Dengan demikian, menurut teori ini pda hakikatnya kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat. Menurut teori ini rakyat memiliki hak-hak politik yang sama (equal rights) dan merupakan esensi tertinggi kedaulatan negara.



Ø  Peradaban Judeo-Kristiani
Peradaban Judeo atau Yahudi memberikan kontribusi pada pemikiran Barat, menurut Max Dimont dalam karyanya Jews, God and History dan Indestructible Jews, orang-orang Yahudi itu sebagai The historic people, percaya bahwa orang-orang yang melahirkan peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa itu melalui gagasan cerdas yang mereka kemukakan. Dalam perspektif sejarah kelahiran para Rasul dari agama besar di dunia, sebagian besar, dari mereka terlahir dan keturunan dari orang-orang Yahudi (Bani Israil). Rasul Daud, darinya lahir para nabi dan Rasul yang memiliki peranan besar terhadap proses kelangsungan serta pembentukan peradaban manusia. Paulus sebagai pendiri agama Kristem (founder of Kristianity) serta formulator konsep Trianitas (Kesatuan tiga oknum : Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Kudus yg juga keturunan Yahudi).
Pemikir Yahudi seperti Thomas Hobbes, Machiavelly, Jhon Locke, Mountesqueau, JJ Rouseau, dan lainnya, mengemukakan kesamaan, penentangan terhadap konsep agama (Kristiani)  dan mengembangkan gagasan securism (pemisahan) agama dalam persoalan kehidupan dunia (politik). Pada aspek positifnya adalah mereka para pemikir telah memberikan inspirasi pentingnya pengharagaan atas kemampuan akal manusia serta penghargaan terhadap ilmu pengetahuan bagi kemajuan manusia. Diantara mereka ada yang sangat antu dan sama sekali menihilkan agama (Tuhan). Disisi lain banyak dari mereka mengakui keunggulan nilai-nilai Islam, Muhammad dan sumbangsih peradabannnya terhadap perubahan cara berfikir Barat untuk suatu kemajuan.
Baruch Spinoza, pelopor pencerahan Yahudi Abad 71, didalam dunia Barat, Spinoza dianggap sebagai filsuf yang meletakkan dasar pemikiran mengenai pembentukan masyarakat baru dan bebas, tetapi terikat dan selaras dengan hakikat ketuhanan (devine nature). Ia juga perintis lahirnya agama sekuler bagi manusia modern dan mengajarkan bahwa akal dan intuisi dapat mengarahkan manusia pada kesatuan dirinya dengan sumber segala sesuatu yang disebut intelectual love of god. Spinoza berhasil merumuskan a unified master science yang dapat diterapkan dalam berbagai kajian etika, politik, agama, fisika dan Matematika.
Ø  Peradaban Islam
Peradaban Islam juga mempengaruhi dunia Barat di Eropa, setelah fase dua peradaban besar sebelumnya. Tokoh-tokoh seperti Ibnu Rusyd (Averros, 1126-1198), Ibnu Sina (Avicenna, 980—1037), Al Farabi (870-950), banyak membicarakan masalah manusia, pergaulan hidupnya termasuk masalah politik, banyak memberikan komentar mengenai pemikiran ahli-ahli Yunani Kuno itu dan banyak pula mendapat pengaruh dari mereka.
Ada sejumlah fokus kajian yang dilakukan kalangan filsuf Muslim Klasik, yakni masalah teori negara (pen ; kota), asal-usul negara, kedaulatan, kekuasaan, penguasa-imam, bentuk negara, paham internasional serta diplomasi. Sjalltut menyebutkan sejumlah nama para sarjana Muslim antara lain : Al-Mawardi Abu Ya’la, Ibnu Jamaah, Al Kindi, Ibnu Thayyib, Al Farabi, Ibnu Abir Rabie ,Makarim Ibnul Chutheir, Ibnu Qutaybah, Al-Gazali, Abu Rahman bin Abdullah, Ibnu Thabthaba, Ibnu Khaldun dan masih banyak lagi.
Perkembangan pemikiran politik Barat memiliki berbagai permasalahan yang harus disikapi secara akademik. Berbagai permasalahan ini setidaknya menyangkut tiga hal penting, yakni :
Pertama, harus diakui dalam membangun sejarah perkembangan Pemikiran Politik (Modern) dewasa ini, dalam arti luas meliputi masalah pemikiran politik, asal-usuk negara, kota, masyarakat, pemerintah dan kekuasaan, diplomasi, hubungan internasional, bentuk negara, konstitusi negara, dan lainnya. Dalam perspektif pemikiran politik modern sangat berat “berkiblat” pada cara pandang Barat. Akibatnya benang sejarah mengenai pemikiran Politik Barat, berkesan menjadi missing link yakni ada keterputusan, penghilangan alur, penyelusuran sejarah secara lebih tepat. Ini dapat diamati ketika orang Barat (Eropa) timbul kesadaran untuk melakukan perubahan cara pandang yang radikal dari peradaban Gereja, penuh mistik dan mitologi (the dark ages) kepada peradaban yang memilih cara pandang rasional dan empirik, yang dikenal dengan abad pencerahan Eropa (renaissance). Padahal ketika itu, sejarah telah membuktikan ketika Barat (Eropa) sedang mengalami kegelapan peradaban, di dunia Timur telah tegak peradaban yang sedang mengalami kejayaan yakni peradaban Islam, termasuk mengenai Politik Islam. Sebuah peradaban yang memberikan pencerahan berbasis perpaduan dari spirit keimanan “Mekkah” dengan rasionalitas “Yunani”.
Kedua, apa yang kita pahami mengenai Pemikiran Politik Barat, kini mengalami perluasan pengaruh ke dunia ke-3, saling bersentuhan dengan kebudayaan lokal dan dengan bagian-bagian dari peradaban sebelumnya (terutama Islam dan Kong Fuchu) ini melahirkan ; metmorfosis dalam bentuk yang lain (modifikasi revisi) bahkan sampai pada penolakan (resistens) yang kuat. Padahal jauh sebelumnya mereka itu, semua saling belajar. Oleh sebab itu perlu mengkaji bagaimana Pemikiran Politik hadir dalam bentuknya yang “holistik”.
Ketiga, bahwa akar dari peradaban besar yakni apa yang dikenal dengan peradaban Islam Klasik dan peradaban Renaissance, di abad modern ini telah bertemu, bersentuhan bahkan ada kecenderungan untuk terjadi “perbenturan peradaban” antara Islam dan Barat. Oleh sebab itu sangat penting memahami lebih mendalam mengenai dua peradaban besar ini. Semua itu semata agar ilmu pengetahuan dapat memberikan sumbangsih lebih berarti, yakni bagaimana membangung temu atau saling pengertian yang lebih “berkeadaban”. Dengan melakukan kajian sebagai bagian tanggung jawab kita dalam upaya menyikapi lebih serius, terhadap apa yang dikemukakan oleh para ahli pikir modern dewasa ini, yakni kemunkinan ketidakterelakkan benturan peradaban antara Timur (Islam) dengan Barat (politik global).


Sumber : DR. Firdaus Syam, MA. Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).


           





Globalisasi



Globalisasi dan Perkembangan Globalisasi

A.  Pengertian Globalisasi
Memahami definisi dan contoh globalisasi itu penting, terutama untuk para pelajar yang membahas mengenai globalisasi dalam mata pelajarannya. Singkatnya globalisasi ini membuat dunia seakan-akan semakin sempit dan semakin mudah kita dalam berhubungan dengan orang lain walaupun dipisahkan oleh jarak yang jauh. Oleh sebab itu ini adalah tulisan singkat yang membahas mengenai definisi dan contoh globalisasi, silahkan disimak baik-baik informasinya berikut ini.
Berdasarkan Situs Business Dictionary mengemukakan bahwa globalisasi adalah pergerakan dunia secara global dalam hal ekonomi, keuangan, perdagangan, dan juga integrasi dalam bidang komunikasi. Makna ini lebih condong kepada bidang ekonomi dan juga bisnis.menurut Edison A. Jamli dkk adalah pada hakikatnya adalah sebuah proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia. Contoh kongkrit dari hal ini misalnya adalah PBB yang awalnya hanya didirikan oleh beberapa negara saja dan saat ini anggotanya hampir seluruh negara didunia.
Globalisasi memiliki dimensi ideologi dan teknologi, dimensi ideologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas sedangkan teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.Kalimat ini dikemukaan oleh Thomas L. Friedman yang mendefiniskan globalisasi itu sendiri. Thomas L. Friedman merupakan salah satu tokoh media paling berpengaruh abad ini, beliau adalah seorang jurnalis, kolumunis dan pengarang buku asal Amerika Serikat. Beliau telah banyak mengeluarkan buku-buku bagus dan laris dipasaran, dan yang paling fenomenal adalah bukunya yang berjudul "The World is Flat" yang terbit perdana pada tahun 2005. Globalisasi menyangkut seluruh proses yang menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal.Berikut ini berbagai macam contoh globalisasi :
1.      Bidang Ekonomi
a)      Terjadinya ekspor dan impor antara satu negara dengan negara yang lainnya yang didasari atas kebutuhan akan produk tertentu misalnya batubara, dll
b)      .Menjamurnya perusahaan-perusahaan asing didalam negari khususnya perusahaan-prusahaan multinasional yang memiliki modal yang besar.
c)      Munculnya produk-produk luar negeri dipasar-pasar dalam negeri, kita bisa lihat dari maraknya produk China dipasar Indonesia ini.
d)     Memungkinkan terjadinya jual beli online dengan pihak yang berada jauh diluar sana dengan memanfaatkan beragam fasilitas e-commerce.
e)      Terciptanya mesin-mesin atau teknologi-teknologi canggih, mutakhir, dan kekinian yang tentunya membantu proses produksi perusahaan.

2.      Bidang Sosial
a)      Semakin banyaknya bahasa-bahasa asing yang masuk ke Indonesia, mungkin dulu hanya bahasa Inggris namun sekarang sudah banyak sekali.
b)      Semakin lama masyarakat semakin heterogen, tidak hanya bauran dengan masyarakat lokal saja melainkan juga masyarakat internasional.
c)      Emansipasi wanita semakin dijunjung tinggi jadi tidaklah aneh kalau saat ini banyak sekali wanita yang bekerja (wanita karir misalnya).
d)     Berkurang/terkikisnya nilai-nilai ke-timuran bangsa Indonesia yang menjadi salah satu ciri asli bangsa Indonesia adalah semangat gotong royong, dan hal ini semakin lama semakin memudar karena pengaruh globalisasi.

3.      Bidang Budaya
a)      Semakin lama budaya asing semakin berkembang pesat di Indonesia, tentu kita sadari saat ini pengaruh budaya Korea sangat hebat dimasyarakat.Masuknya budaya-budaya asing semakin membuat budaya asli Indonesia semakin tersisihkan, saat ini budaya Korea sagat digemari masyarakat.
b)      Contoh globalisasi yang begitu tidak asing lagi dihadapan kita adalah gaya hidup masyarakat kita yang semakin lama semakin mirip gaya hidup barat.
c)      Globalisasi juga membuka imigrasi yang artinya banyak orang luar negeri yang masuk ke Indonesia dan ini membuat Indonesia semakin heterogen.
d)     Globalisasi menciptakan pertukaran budaya antara satu negara dengan negara lainnya didunia misalnya saja antara Indonesia dengan Jepang.

4.      Bidang Politik
a)      Contoh dari globalisasi dalam bidang politik adalah terjalinnya kerjasama antara negara baik itu bilateral, regional, maupun internasional.
b)      Kerjasama bilateral misalnya kerjasama antara Indonesia dengan Arab Saudi yang membahas masalah ekonomi dan keagamaan (haji dan umroh).
c)      Untuk kerjasama reginal misalnya Indonesia dengan negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara yang membentuk organisasi ASEAN.
d)     Terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan contoh dari globalisasi dalam bidang politik, khususnya politik luar negeri.
e)      Munculnya ideologi-ideologi asing yang harus bisa kita filter, jika itu baik dan sesuai dengan ideologi Indonesia maka bisa kita ambil.



5.      Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a)      Munculnya produk-produk dari teknologi informasi seperti yang kita ketahui saat ini ada radio, televisi, satelit, internet, dan lain sebagainya.
b)      Kemudian juga kita mengenal produk-produk teknologi komunikasi seperti pager, handphone, smartphone, dan masih banyak lagi yang lainnya.
c)      Teknologi transportasi semakin kesini semakin berkembang dengan pesat, saat ini ada pesawat terbang dan kereta api super cepat.
d)     Lahirnya teknologi internet yang membuat manusia semakin mudah berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain walaupun jarak jauh.
e)      Proses belajar mengajar semakin mudah, saat ini banyak kita jumpai sekolah-sekolah atau kampus-kampus yang belajar dengan metode online.

B.       Faktor-faktor Pendorong terjadinya Globalisasi
Globalisasi tidak muncul begitu saja. tentunya ada faktor-faktor pendorong globalisasi yang membuat globalisasi itu muncul dan perkembangannya semakin lama semakin cepat. Globalisasi ini bagai pisau bermata dua, bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Oleh sebab itu kita harus cerdas menyikapi kehadiran globalisasi, yang positifnya kita optimalkan yang negatifnya kita buang jauh-jauh. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor pendorong globalisasi:
1. Kemajuan Dalam Bidang Pengetahun dan Teknologi
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya globalisasi. Kita tahu bahwasannya dalam beberapa dekade belakangan ini terjadi perkembangan pesat dalam hal berkomunikasi sehingga seseorang akan dengan mudahnya berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain walaupun jaraknya cukup jauh.
2. Kemajuan Dalam Bidang Transportasi
Kemudian juga ada perkembangan dalam sistem transportasi dunia ini yang membuat globalisasi semakin terasa. Dahulu dari satu tempat ke tempat yang lain membutuhkan waktu yang lama dalam perjalanan karena hanya dengan kendaraan berupa hewan tunggangan seperti kuda, onta, keledai, dan lainnya. Namun saat ini ada kendaraan yang cepat seperti pesawat terbang dan kereta api super cepat.
3. Sistem Perekonomian Negara-negara yang Terbuka.
Tentunya kita semua sudah tahu bahwa sistem ekonomi yang dianut negara-negara saat ini mayoritas adalah sistem ekonomi terbuka sehingga negara yang satu mengadakan kerjasama dengan negara yang lain dalam berbagai bidang misalnya saja ekonomi. Kerjasama seperti ekspor-impor dan perdagangan bebas merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang bisa mendorong globalisasi.

4. Hadirnya Perdagangan Bebas
Senada dengan penjelasan diatas, hadirnya perdagangan bebas merupakan hal-hal yang bisa menguatkan terjadinya globalisasi didunia ini. Tentunya fenomena ini bisa terjadi karena mayoritas negara-negara yang ada saat ini menerapkan sistem ekonomi yan terbuka dimana setiap negara bisa bekerjasama dengan negara lainnya. Dan tentunya Indonesia pun melakuan hal ini dengan negara lainnya.
5. Sistem Keuangan Internasional yang Liberal
Kamu harus tahu bahwa salah satu dari sekian banyak faktor yang bisa mendorong terjadinya globalisasi didunia ini adalah liberalisasi sistem keuangan global. Hampir setiap negara bahkan mungkin setiap negara memiliki ketergantungan dengan sistem keuangan global yang ada. Salah satunya Indonesia yang membutuhkan dana atau modal investasi dari lembaga keuangan dunia atau negara lain.
6. Kemudahaan Dalam Migrasi
Saat ini semakin banyak orang yang bermigrasi atau berpindah dari satu negara ke negara lain dengan berbagai macam tujuan misalnya saja untuk bekerja, menuntut ilmu, wisata, dan berbagai macam keperluan lainnya. Hal ini yang membuat orang-orang yang ada dalam suatu daerah sudah terbiasa dengan orang-orang pendatang yang datang dari daerah lainnya misalnya Bali dengan turis-turis internasionalnya.
7. Kerjasama atau Hubungan Antar Negara
Satu lagi faktor yang tidak kalah pentingnya yang membuat terciptanya globalisasi adalah kerjasama atau hubungan antara negara yang satu dengan negara lainnya. Misalnya saja Indonesia yang bekerjasama dengan negara-negara lain baik itu hubungan bilateral, multilateral, maupun internasional. Tentunya globalisasi semakinmemudahkan suatu negara bekerjasama dengan negara lain.
Perkembangan globalisasi diibaratkan seperti sebuah pedang yang memiliki dua sisi, yakni memiliki sisi positif dan negatif diberbagai bidang. Dalam bidang sosial budaya ini globalisasi telah memberikan pengaruh positif, misalnya pertukaran pelajar antar negara-negara didunia ini yang tentunya saling memberikan manfaat, penegakkan atas Hak-hak Azasi Manusia (HAM), memupuk rasa solidaritas antarbangsa dari berbagai macam negara didunia, dll.
Untuk bidang ekonomi pengaruh positif globalisasi sangat dirasakan misalnya saja aliran dana atau modal mengalir kedalam negeri yang bisa digunakan untuk mempercepat atau memperlancar pembangunan negara, selain itu investasi asing juga bisa membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi jumlah pengangguran.Dalam segi perpolitikan juga ada pengaruhnya yang berimbas kedalam dunia politis dalam negeri misalnya saja sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia ini semakin lama semakin baik bahkan diakui dunia bahwa Indonesia memiliki sistem demokrasi yang baik, selain itu juga meningkatkan kerjasama diplomatik negara.

Selain itu globalisasi juga memberikan pengaruh yang luar  biasa kepada ilmu pengetahuan dan teknologi dan ini merupakan pengaruh yang paling terasa kepada setiap orang. Teknologi semakin memudahkan manusia dalam beraktivitas serta teknologi bisa menghubungkan dunia yang seolah-olah menjadi begitu dekat.
Adapun dampak negatif dari globalisasi diantaranya dalam bidang sosial budaya yang harus kita hindari bersama atau kalau bisa kita hilangkan saja, misalnya merebaknya sifat individualitis dan ingin menang sendiri, hilangnya gotong royong dalam masyarakat Indonesia serta semakin lebarnya jurang kesenjangan sosial.Untuk bidang ekonomi ada juga pengaruh negatifnya yang datang ke Indonesia misalnya saja semakin banyak masuknya arus barang-barang dari luar negeri yang menyebabkan Indonesia mengalami defisit neraca pembayaran, selain itu banyak sumber-sumber daya alam Indonesia yang dinikmati atau dikuasai oleh asing.
Dalam segi perpolitikan dinegeri ini juga ada pengaruhnya dari globalisasi dunia, misalnya saja ancaman-ancaman disintegrasi bangsa (kita bisa berkaca dari lepasnya Timor Timur dari pangkuan NKRI), kemudian seringkali kita lihat demonstarsi yang hampir terjadi disetiap daerah yang mudharatnya lebih banyak.Kemudian ada juga pengaruh negatif dari globalisasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya bisa kita hindari atau kalau bisa kita hilangkan seperti misanya ketergantungan akan teknologi, kecanduan akan teknologi, meningkatnya tindak kriminalitas yang menggunakan teknologi, dan banyak lagi.


Sumber : Isu-isu Global Kontemporer. Prof.Drs. Budi Winarno, MA. P.hD



.